Untuk mengetahui tentang matinya Aja (60) Bin Ukik Kp. Nangewer Desa Citamiang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi. Beberapa bulan lalu yang sempat menghebohkan warga masyarakat Kp. Daramaga Desa Margaluyu Kecamatan Purabaya, Sukabumi dan warga masyarakat Desa Sindangresmi serta warga Desa Sindanghayu Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur. Karena posisi ditemukan mayat tersebut di sungai Cibeber perbatasan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur, dalam keadaan tenggelam di tengah sungai posisi tersandar dan tangan terikat ke pancuh bambu.
Walaupun sudah beberapa bulan yang lalu matinya nama diatas tadi, ternyata pihak keluarga masih penasaran dengan secara diam-diam ingin mencari bukti untuk mengungkap kebenaran, siapa yang melakukan perbuatan keji itu.
Keluarga korban Apin (47) mengatakan kepada “AWDI” bapak saya pergi dari rumah untuk mencari kodok, karena memang pekerjaan sudah bertahun-tahun dijalaninya.
Biasanya menghabiskan waktu 20 hari 20 malam kadang-kadang satu bulan. Namun setiap hari tiap malam tidak lepas komunikasi lewat HP saat itu juga berangkat malam Selasa terus komunikasi, saya telepon “Pak lagi dimana” bapak saya selalu menjawab tidak pernah telepon tidak diangkat, pasmalam Rabu jam dua malam putus komunikasi HP-nya tidak aktif, perasaan saya jadi tidak enak lalu upaya melakukan pencarian, dalam kurun waktu empat hari ditemukan oleh salah seorang warga, Dede (30) dalam keadaan tidak bernyawa dan mengenaskan “kataknya”.
Lanjut Dede, yang lewat kelokasi tersebut tanpa sengaja dibawah tumpukan bambu dan rempah-rempah melihat cangkul lalu diambil dan ketika mengambil cangkul tersebut ada jerigen disampingnya. Pas jerigen tersebut diambil, muncul tangan manusia dengan keadaan seterngah tidak sadar Dede bergegas pergi ke Gono ketua pemuda karang taruna dengan sigap Pak Gono bersama tiga orang rekannya meluncur kelokasi tersebut.
Selanjutnya pak Gono dengan tiga orang rekannya itu lalu mengecek untuk memastikan kebenarannya apa betul tangan manusia atau bukan. Setelah yakin itu tangan manusia, lalu saya telepon polisi Purabaya tidak lama kemudian datang sembilan anggota polsek Purabaya ke TKP, langsung mayat tersebut diangkat pihak kepolisian dibantu warga setempat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, korban dibawa kekantor polsek Purabaya” ungkap gono ketika ditemui di kediamannya.
Sementara keluarga korban Karmi (55), Deden (45) mengatakan ke “AWDI” pihak kepolisian menyikapi kasus ini memandang sebelah mata, karena setelah beberapa hari kemudian mayat dengan kondisi membusuk dibungkus karpet dengan kain sarung dikembalikan kekeluarganya, aparat kepolisian memohon jangan dibuka/dilihat. Padahal sebagai keluarga ingin melihat untuk yang terakhir kalinya, saya merasa ada kejanggalan dari pihak kepolisian dalam menangani kasus ini karena tidak dilakukan otopsi dan salah seorang polisi mengatakan pada saya, entah keceplosan atau apa kata polisi tersebut “kesetrumah tidak bisa diotopsi” dengan secara tidak langsung mereka tahu matinya keluarga saya adalah kesetrum. Sehingga dugaan saya semakin kuat setelah polisi bicara seperti itu. Karena ada rumor dari masyarakat bahwa kolam milik Sukaeji dipasang ranjau setrum dan posisi mayat tidak jauh dari kolam itu. Intinya dugaan saya, Aja pencari kodok terkena ranjau serum dikolam Sukaeji lalu ditari dibawa kesungai. Untuk mengelabui supaya tidak dicurigai lalu ditumpuk bambu dan rempah-rempah. Menurut isu dari warga setempat kolam tersebut dipasang ranjau sempat ada hewan yang terperangkap berang-berang lima anjing satu ungkapnya.
Selanjutnya “AWDI” klarifikasi kewarga masyarakat untuk mencari keterangan lebih lanjut sebagian masyarakat mengatakan, waktu ditemukan mayat disungan ratusan warga berbondong-bondong mendatangi ke TKP, hanya pak Sukaeji pemilik kolam beserta keluarganya yang tidak melihat ke TKP tersebut, padahal posisi rumahnya paling dekat kurang lebih 100 m, salah seorang warga memberitahukan ke Sukaeji bahwa disungan Cibeber ada mayat ungkap Sukaeji “Tong loba omong siah ganeng”.
Sukaeji pemilik kolam ketika “AWDI” mau konfirmasi kebetulan sedang tidak ada dirumah tidak lama kemudian muncul pak mandor Roji (65) seolah mengbekap, bahwa permasalahan ini sudah ditangani polisi dan kepala desa, supaya lebih jelas datangsaja ke polsek Purabaya, ujar mandor.
Setelah menunggu beberapa jam muncul Sukaeji dengan wajah gugup, mundar-mandir ibarat licinan. Lalu Sukaeji menjelaskan ke “AWDI” waktu itu saya tidak datang ke TKP karena hujan, padahal menurut keterangan warga tidak hujan, katika dipertanyakan tentang kolam dipasang ranjau Sukaeji menyangkal itu semua kebohongan belaka. Ironisnya ketika “AWDI” mau pulang tiba-tiba Sukaeji ngomong “Sukarya tewakmah” sambil berdiri di depan rumahnya. Dan untuk lebih jelasnya lagi datang saja ke pak kades.
Sedangkan Kepala Desa Margaluyu H. Durahman mengungkapkan ke “AWDI” waktu itu saya tidak hadir ke TKP karena sedang rapat AFDESI di Surade, dan memang kalau melihan situasi ketika masyarakat rame-rame keluarga Sukaeji tidak nampak hadir, bisa saja diantaranya dikatakan iya atau tidak sebagai pelaku ujarnya.
Masih keluarga korban menilai pak Kades Margaluyu menyikapi permasalahan ini tidak bertanggung jawab bisa juga disebut pengecut, karena setiap kami mau menyelesaikan hal ini dengan secara musyawarah selalu dibekap pak Kades. Padahal kami ingin menyelesaikan masalah tanpa ada masalah. Tapi kami tidak akan menyerah kasus ini akan usut tuntas sampai keakar-akarnya ujar keluarga korban. (Endang Saripudin).
Home »
Serba-serbi
» KELUARGA KORBAN UNGKAP KEMATIAN AYAH YANG TIDAK WAJAR
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !