Kepada Yth
Teman-Teman
Sesama Warga Negara Indonesia
Surat Terbuka Mengenai Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, 11 Juli 2012
Assalamualaikum,
Sebagai
sesama anak Indonesia, kita punya cita-cita dan impian-impian yang sama
yaitu kita inginkan bangsa kita, negara kita yang kita cintai bisa
menjadi bangsa yang adil dan makmur. Bangsa dimana rakyatnya sejahtera.
Kita ingin dihormati oleh bangsa-bangsa lain karena kita mampu menjadi
bangsa yang beradab. Saya yakin itu cita-cita teman-teman sekalian, sama
seperti cita-cita dan impian saya.
Saat ini, kita bangun setiap pagi dan
melihat kenyataan, rakyat kita masih banyak yang miskin, bahwa ternyata
sumber daya alam yang begitu banyak kita miliki tidak mampu kita kelola
dengan baik. Bahkan yang terjadi adalah net outflow of national wealth. Mengalir keluarnya kekayaan bangsa ke luar negeri.
Sehingga walaupun kita dikaruniai
Tuhan YME sumber daya alam yang begitu besar, setelah hampir 67 tahun
merdeka kita belum memiliki mobil buatan Indonesia. Motor buatan
Indonesia. Televisi buatan Indonesia. Bahkan sekarang ikan asin saja
kita impor. Ikan teri kita impor. Batik juga sudah mulai kita impor
besar besaran.
Lantas, apa kebanggaan bangsa
Indonesia? Lantas apa yang kita produksi untuk keperluan kita sendiri?
Bahkan sandal saja dan celana dalam kita saja buatan negara lain.
Kalau
dulu, Belanda mengejek orang tua kita, kakek kita, dengan mengatakan:
“Indonesia mau merdeka? Bikin pabrik peniti saja mereka tidak bisa.
Bagaimana mereka mau merdeka? Inlander-inlander goblok.”
Saya bertemu beberapa orang yang
menceritakan bahwa banyak putra putri Indonesia sekarang bekerja di luar
negeri. Mereka memiliki gelar PhD di bidang fisika, matematika,
sekarang berkarya di negara barat, untuk kepentingan negara barat.
Artinya putra putri Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Tetapi
kenapa seolah-olah tidak mampu menjadi bangsa yang produktif, bangsa
yang berdiri di atas kaki sendiri?
Setiap tahun kita membeli 900.000
mobil. Tidak ada satu pun buatan Indonesia. Malaysia sudah lama berani
membuat mobil sendiri. India yang kita pernah ejek sebagai negara miskin
sekarang telah bangkit menjadi negara industri yang maju. Sebentar lagi
mobil-mobil India akan membanjiri negara kita, persis seperti mobil
Malaysia yang sudah ada di negara kita.
Kita seolah-olah menjadi bangsa yang
bodoh. Bank-bank milik Indonesia yang susah payah telah kita sehatkan
dan bangun kembali, kita biarkan dibeli oleh bangsa lain. Kita izinkan
negara-negara asing mengoperasikan bank-bank di negara kita padahal
mereka tidak mengizinkan bank-bank kita beroperasi di negara mereka.
Tetapi elit bangsa kita diam semua.
Menurut saya, ini adalah pengkhianatan elit kepada bangsanya sendiri. Saya ingat cover story majalah Far East Economic Review tanggal 26 Juni 2003, "A Nation Betrayed: How Indonesia's Elite Are Selling The Country Short". Elit Indonesia sedang menjual negaranya sendiri.
Bayangkan sekian tahun lalu
tetangga-tetangga kita sudah melihat ini terjadi. Sudah ada tanda-tanda
peringatan, kita menuju negara gagal.
Saya
yakin dan percaya, kuncinya adalah kepemimpinan. Leadership. Saya dulu
di tentara belajar sebuah adagium yang berlaku bagi setiap tentara
sepanjang sejarah: "there are no bad soldiers, only bad commanders." Tidak ada prajurit yang jelek. Hanya ada para komandan yang jelek.
Ada juga adagium yang diajarkan
kepada saya saat saya perwira muda: "Seribu kambing dipimpin oleh seekor
harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau dipimpin kambing akan
embeeeek semua". Artinya saya percaya bahwa jika Indonesia dipimpin
oleh lapisan elite dan kepemimpinan yang bersih, jujur, cinta tanah air,
cerdas, mau kerja keras, tidak akan mau tunduk kepada dominasi
bangsa-bangsa asing. Saya percaya dengan lapisan kepemimpinan seperti
itu, bangsa kita bisa cepat bangkit.
"The power of an idea whose time has come cannot be stopped by any army or any force." Kekuatan dari suatu gagasan yang sudah tiba waktunya tidak bisa dikalahkan.
Sebentar lagi, 6 hari lagi, di DKI
Jakarta, ibukota negara dan bangsa kita yang kita cintai akan memilih
gubernur. Sekali lagi elit kita yang korup dan bobrok memperlihatkan
hobinya, memperlihatkan kecanduannya, memperlihatkan keserakahannya
melakukan kecurangan dengan membuat daftar pemilih tetap yang penuh
dengan nama-nama hantu.
Relawan-relawan Jakarta Baru yang
bertugas di lapangan, melaporkan masih ada sekitar 400.000 suara hantu,
suara palsu yang masih belum mau dicoret oleh KPUD DKI Jakarta.
Artinya
siapapun yang menguasai teknologi informasi dan menguasai proses
penyelenggaraan pemilihan sudah memiliki 'cadangan' 400.000 suara kalau
mereka mau gunakan. Biasanya, kalau orang bisa melakukan sesuatu
kejahatan tanpa mendapatkan sanksi ataupun kalau taruhannya sangat
besar, diantaranya kekuasaan yang bisa melanggengkan cengkeraman
seseorang akan sumber sumber kekayaan, maka Ia akan melakukannya.
Dengan demikian, yang dipertaruhkan 11 Juli nanti bukan hanya masa depan Jakarta, tetapi masa depan bangsa kita.
Kita
sebagai cedekiawan, negarawan, masyarakat rasional, telah memilih
demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik dari yang ada. Tetapi
ternyata elit kita masih banyak dikuasai oleh orang-orang munafik, para
Kurawa yang pura-pura menjadi Pandawa. Orang-orang yang pandai dan lihai
bicara, dan lebih pandai lagi melakukan akal-akalan di segala bidang.
Inilah kebiasaan kita yang jelek.
Budaya menipu teman dengan muka yang tidak berdosa. Budaya ‘kutipu kau’.
Budaya curang. Inilah yang melemahkan bangsa kita. Inilah yang membuat
bangsa kita sampai sekarang tidak bisa lepas landas, sampai sekarang
terus menjadi permainan bangsa lain.
Relawan-relawan Jakarta Baru telah
berupaya keras mengadu ke pengadilan, polisi, dewan kehormatan
penyelenggaraan pemilu. Saya berharap upaya-upaya rasional tersebut bisa
ada hasilnya.
Jika sekali lagi pemilihan umum
dilakukan dengan cara yang curang, dan kita tidak dapat membendungnya,
ini akan membahayakan demokrasi. Dan jika demokrasi tidak berfungsi,
alternatifnya sungguh berbahaya.
Yang kita minta tidak lebih dan tidak
kurang adalah proses yang bersih, proses pemilihan yang rasional, masuk
akal, jujur dan transparan. Demokrasi prasyaratnya adalah proses
pemilihan pemimpin-pemimpin yang bersih dan jujur. Fair play akan
menghasilkan suasana yang dewasa, aman, rukun. Dan kerukunan itu,
kedewasaan itu akan menimbulkan harmoni di masyarakat. Dan harmoni di
masyarakat adalah syarat mutlak untuk keadaan damai. Keadaan damai
adalah syarat mutlak bagi kemakmuran suatu bangsa.
Tidak mungkin kita capai kemakmuran, kesejahteraan tinggi, tanpa adanya kepercayaan, ‘trust’ dari rakyatnya kepada elitnya.
Sekarang
rakyat Indonesia mulai kehilangan trust kepada elitnya. Jika ini
dilanjutkan, yang kita risaukan adalah masa depan bangsa Indonesia.
Saya mengimbau seluruh warga negara
Republik Indonesia, marilah kita di hari-hari menjelang 11 Juli ini,
mengintensifkan komunikasi kita satu dan yang lain. Mari kita selamatkan
demokrasi kita tanggal 11 Juli 2012 ini.
Wassalam,
Prabowo Subianto
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !