Home »
» DERITA TKI DI NEGERI JIRAN KIAN MENGENASKAN
DERITA TKI DI NEGERI JIRAN KIAN MENGENASKAN
Written By Kantor Berita AWDI Pers on Kamis, 06 Januari 2011 | 14.58
Demokrasi Ekspos – Untuk mengatasi kesewenang-wenangan terhadap nasib para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), seyogyanya mari kita berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Hal ini penting agar dunia luar menilai dan menyaksikan bahwa, Pemerintah kita masih mampu menciptakan dan memberikan Lowongan Pekerjaan untuk rakyatnya agar tak terlantar.
Nasib tragis yang melanda TKI kita terungkap sesuai hasil pantauan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Nunukan – Kaltim, dimana kesibukan nampak mewarnai keseharian para penguru Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di kantor Imigrasi dengan sangat berdesakan dalam mengurus para TKI yang akan diberangkatkan ke negeri Jiran Tawau Sabah (Malaysia Timur).
Aktivitas kerja yang perlu direspon, namun perlu pula diperhatikan dampak dari perkembangan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang merupakan sumber penghasilan devisa bagi negara memberangkatkan sejumlah TKI ke negeri seberang Tawau Sabah, seperti yang kerap kali terdengar dan cukup mengetuk hati bahwa ketidak-adilan kerap kali melanda para pekerja asal Indonesia di negeri tetangga tersebut.
Satu hal yang membuat hati laksana tersayat tatkala mendengar penderitaan mereka (TKI-red) di negeri orang, jika ada tangis dari para TKI terdengar amat memilukan. ”Maka tangis tersebut berasal dari para pekerja yang mengadu nasib ke negeri Jiran, tentu semua itu berawal dari perilaku yang tidak adil dan tidak jarang mereka temui dari sang majikan disana.
Bukti ketidak-adilan yang dialami para pekerja Indonesia setelah berada di negeri Jiran seperti, mereka disiksa dan dipekerjakan teramat berat terlebih jika kaum hawa.
Ada sebuah pengakuan yang sangat menoreh hati, bahkan terkadang mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan khusus oleh majikan laki-laki (budak seks – red). Itulah gambaran pahit yang acap kali dialami para TKI kita setelah berada di tanah perantauan Malaysia.
Padahal mereka berangkat dengan satu tujuan, ingin memperbaiki hidupnya di masa yang akan datang, ternyata berbuntut lain. Kenyataan harus berbicara lain, bahkan bertolak belakang dari janji-janji manis para pengurus yang memberangkatkan mereka. Bahkan kendala lain yang sering muncul, sehingga mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan Malaysia adalah terkait salah satu kontrak kerja yang telah disetujui oleh pengurus, demikian ungkap salah seorang TKI yang enggan disebutkan jati dirinya.
Ironisnya hingga saat ini para TKI kita masih saja diberangkatkan keluar negeri hingga mencapai ribuan orang. Padahal, peluang masyarakat Indonesia untuk mencari kehidupan di dalam negeri sendiri masih banyak.
Lantas mengapa setiap hari kantor imigrasi dipadati oleh TKI yang akan mencari kehidupan diluar negeri? Dan bukankah negara Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya? Kekayaan alam dan tambang cukup menjanjikan untuk dikelola. Diamana Potensi SDA kita terdiri dari tambang emas, batu bara, nikel, minyak bumi, hasil sarang burung walet, hasil rumput laut, hasil perkebunan kelapa sawit yang sedang diprogramkan oleh pemerintah baik pusat, provinsi maupun pemerintah daerah dan masih banyak lagi kekayaan lainnya.
Dari persoalan diatas, ada satu kesimpulan bahwa bangsa kita ternyata miskin pengetahuan, sehingga tidak mampu menciptakan daya kelola atas kekayaan yang dimiliki. Kalau sudah demikian, bisa saja rakyat kita kelaparan di dalam negaranya sendiri yang kaya raya. Barang kali istilah yang tepat, tikus mati di lumbung padi.
Dari kasus ke kasus, apakah hati kecil pemerintah tak juga terketuk, sekalipun mendengar b erita bahwa TKI yang sedang mengabdi di negeri orang mendapat siksaan yang amat berat dari sang majikan. Bahkan ada yang sampai dihukum cambuk, disetrum hingga mengalami stress (alias gila).
Lalu bagaimana dengan komitmen kinerja Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bersama BP2TKI dibawah kepemimpinan Jumbur Hidayat, sebagai kepanjangan tangan presiden dan pemerintah pusat. Apakah tidak sebaiknya jika kita pecahkan bersama, dengan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam mencari penyelesaian, sehingga dunia luar menilai dan menyaksikan bahwa, pemerintah kita masih mampu menciptakan dan memberikan lowongan pekerjaan untuk rakyatnya agar tak terlantar. Demikian akhri dari sebuah perbincangan Demokrasi Ekspos bersama Zolly langkat, ketua LSM Lintas Khatulistiwa belum lama ini. (tim)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !